Pages

Labels

Sunday, 27 April 2014

Dia Muncul Kembali

Kemarin malam ketika aku berada di sebuah toko buku langgananku yakni Gramedia, dengan tujuan untuk mencari buku yang aku butuhkan sebagai referensi laporan ilmiahku, aku bertemu dengan pacar pertamaku. Seketika itu juga aku teringat masa-masa aku menjalin cinta bersamanya. Dan hal yang selalu aku ingat, ketika aku dan dia mengambil sebuah buku yang sama di rak buku pengetahuan. Dan aku juga masih sangat ingat, judul buku tersebut, “Network Security.” Saat itulah kita mulai berkenalan.
Aku tidak tahu, apakah Allah telah mengatur itu semua untukku atau hanya keberuntungan saja. Tapi anehnya selalu terjadi berulang-ulang. Setiap aku mengunjungi toko buku langgananku itu aku selalu bertemu dengannya. Sempat berfikir juga, kalau dia adalah salah satu pelanggan toko buku Gramedia itu, kurang lebih seperti aku. Hingga akhirnya juga dia menyatakan cintanya kepadaku di toko buku langganan kita. Dan sampai sekarang tempat itu menjadi tempat yang berkesan bagiku. Tapi, semuanya adalah masa lalu, yang kini tinggal kenangan.
Tiba-tiba aku dikagetkan dengan suara yang berat, tanpa aku duga ternyata itu suaranya. Saat itu tiada satu kata yang terlontar dari mulutku. Aku hanya terdiam terpaku. Tapi itu tidak lama, ketika dia melontarkan beberapa kata padaku, “sudah bisa mencari buku sambil nglamun nih.” Aku hanya tersenyum tersipu malu, ketika mendengarkan kalimat yang dilontarkan darinya. Tak lama kemudian kita mulai ngobrol bersama. Saat itu aku merasa tidak ada orang lain di sekeliling kita. Tiada kecanggungan diantara kita, meskipun sang waktu yang berjalan lama tidak mempertemukan kita. Aku ingat betul bagaimana suasana waktu itu, bagaikan sang angin yang membawa kita melayang kembali ke masa-masa indah dulu. Dan cuaca yang aku rasakan sungguh bertolakbelakang dengan faktanya yang panas waktu itu, aku sungguh merasakan musim semi datang hanya karenaku. Bunga-bunga yang bagaikan tumbuh di hatiku.
Aku selalu memperhatikan gerak-gerik dari sosoknya ketika sedang berbicara denganku. Dia masih sama seperti pertama kali aku mengenalnya. Tapi kini yang membuat dirinya berbeda adalah pakaian yang dikenakannya. Sebuah jas hitam dan dasi yang melekat pada dirinya, yang membuat dirinya lebih gagah dan berwibawa.
Ditengah pembicaraan kita, seorang wanita menghampiri kita. Aku tidak tahu siapa wanita itu dan aku tidak ingin berfikiran negative tentang wanita itu. Tak aku duga, cinta pertamaku dan wanita itu saling kenal. Kemudian dia memperkenalkan wanita itu padaku. Namanya Risya. Semua yang aku fikirkan, yang tak ingin terjadi, ternyata semuanya menjadi benar dan terjadi. Risya adalah tunangannya, yang tak lain adalah calon istrinya.
Seketika itu juga, aku merasa tidak berdaya dan tubuhku menjadi lemas, bahkan aku tak bisa berfikir apa yang harus aku katakana.
“Hello !”
“Hi !”
“Apa kabar ?”
Semuanya bagaikan membeku selayaknya di dalam lemari es.
Ketika Risya menjabat tanganku, aku bisa merasakan betapa beruntungannya Risya mendapatkan dia. Seharusnya aku tak boleh menyesali itu semua. Semuanya telah berjalan dengan sendirinya. Dan hanya waktu yang dapat menjelaskan semuanya. Semua yang terjadi, indah di mataNya.

0 comments:

Post a Comment