Kemarin malam ketika
aku berada di sebuah toko buku langgananku yakni Gramedia, dengan tujuan untuk
mencari buku yang aku butuhkan sebagai referensi laporan ilmiahku, aku bertemu
dengan pacar pertamaku. Seketika itu juga aku teringat masa-masa aku menjalin
cinta bersamanya. Dan hal yang selalu aku ingat, ketika aku dan dia mengambil
sebuah buku yang sama di rak buku pengetahuan. Dan aku juga masih sangat ingat,
judul buku tersebut, “Network
Security.” Saat itulah kita mulai berkenalan.
Aku tidak tahu, apakah
Allah telah mengatur itu semua untukku atau hanya keberuntungan saja. Tapi
anehnya selalu terjadi berulang-ulang. Setiap aku mengunjungi toko buku
langgananku itu aku selalu bertemu dengannya. Sempat berfikir juga, kalau dia
adalah salah satu pelanggan toko buku Gramedia itu, kurang lebih seperti aku.
Hingga akhirnya juga dia menyatakan cintanya kepadaku di toko buku langganan
kita. Dan sampai sekarang tempat itu menjadi tempat yang berkesan bagiku. Tapi,
semuanya adalah masa lalu, yang kini tinggal kenangan.
Tiba-tiba aku
dikagetkan dengan suara yang berat, tanpa aku duga ternyata itu suaranya. Saat
itu tiada satu kata yang terlontar dari mulutku. Aku hanya terdiam terpaku.
Tapi itu tidak lama, ketika dia melontarkan beberapa kata padaku, “sudah bisa
mencari buku sambil nglamun nih.” Aku hanya tersenyum tersipu malu, ketika
mendengarkan kalimat yang dilontarkan darinya. Tak lama kemudian kita mulai
ngobrol bersama. Saat itu aku merasa tidak ada orang lain di sekeliling kita.
Tiada kecanggungan diantara kita, meskipun sang waktu yang berjalan lama tidak
mempertemukan kita. Aku ingat betul bagaimana suasana waktu itu, bagaikan sang
angin yang membawa kita melayang kembali ke masa-masa indah dulu. Dan cuaca
yang aku rasakan sungguh bertolakbelakang dengan faktanya yang panas waktu itu,
aku sungguh merasakan musim semi datang hanya karenaku. Bunga-bunga yang
bagaikan tumbuh di hatiku.
Aku selalu
memperhatikan gerak-gerik dari sosoknya ketika sedang berbicara denganku. Dia
masih sama seperti pertama kali aku mengenalnya. Tapi kini yang membuat dirinya
berbeda adalah pakaian yang dikenakannya. Sebuah jas hitam dan dasi yang
melekat pada dirinya, yang membuat dirinya lebih gagah dan berwibawa.
Ditengah pembicaraan
kita, seorang wanita menghampiri kita. Aku tidak tahu siapa wanita itu dan aku
tidak ingin berfikiran negative tentang wanita itu. Tak aku duga, cinta
pertamaku dan wanita itu saling kenal. Kemudian dia memperkenalkan wanita itu
padaku. Namanya Risya. Semua yang aku fikirkan, yang tak ingin terjadi,
ternyata semuanya menjadi benar dan terjadi. Risya adalah tunangannya, yang tak
lain adalah calon istrinya.
Seketika itu juga, aku
merasa tidak berdaya dan tubuhku menjadi lemas, bahkan aku tak bisa berfikir
apa yang harus aku katakana.
“Hello !”
“Hi !”
“Apa kabar ?”
Semuanya bagaikan membeku selayaknya di dalam lemari
es.
Ketika Risya menjabat
tanganku, aku bisa merasakan betapa beruntungannya Risya mendapatkan dia.
Seharusnya aku tak boleh menyesali itu semua. Semuanya telah berjalan dengan
sendirinya. Dan hanya waktu yang dapat menjelaskan semuanya. Semua yang
terjadi, indah di mataNya.
0 comments:
Post a Comment